Umat Katolik belum lama ini memperingati Bulan Rosario. Di Gereja Gembala Yang Baik (GYB) ada perayaan delapan tahun pembangunan Gua Maria di kompleks gereja yang berlokasi di Jalan Jemur Handayani X/14 Surabaya itu.
HAMPIR semua gereja Katolik, khususnya gereja-gereja besar, pasti dilengkapi dengan Gua Maria. Tempat khusus yang disediakan sebagai sarana devosi atau penghormatan kepada Bunda Maria, ibunda Yesus Kristus. Karena itulah, umat Paroki GYB berinisiatif membangun sebuah grotto alias gua buatan layaknya di gereja-gereja lain.
Gayung pun bersambut. Pada 17 Mei 2003, Pastor Remigius Sene SVD (asal Flores) akhirnya memberkati dan meresmikan Gua Maria itu dalam sebuah misa konselebrasi khusus. Gua itu kemudian memang terbukti sangat dibutuhkan umat yang datang mengikuti misa rutin. Selepas misa, sebagian umat menyempatkan diri untuk memasang lilin dan berdoa di kompleks gua.
Setiap bulan Mei dan Oktober juga diadakan prosesi sederhana untuk memeriahkan Bulan Rosario. Tradisi tahunan yang biasa dilakukan di Pulau Flores, NTT, ini rupanya dikembangkan juga di Paroki GYB Surabaya. Maklum, hampir semua pastor Societas Verbi Divini (SVD) yang bertugas di situ memang berasal dari Flores. Ini pula yang membedakan Gereja GYB dengan gereja-gereja lain di Kota Surabaya.
Nah, kini, setelah ada Gua Maria, umat GYB yang sebagian besar etnis Jawa mengembangkan tradisi Malam Anggoro Kasih. Yakni, doa bersama dan tirakatan secara Katolik di kompleks Gua Maria. “Anggoro itu artinya Selasa, sementara kasih berarti Kliwon. Ini sebuah tradisi lama yang biasa dilakukan di kalangan masyarakat Jawa,” jelas Putroadi Tjandranegara, tokoh umat GYB.
Nah, perayaan satu windu Gua Maria GYB kali ini diadakan bersamaan dengan acara Anggoro Kasih. Karena itu, perayaan ekaristi yang dipimpin Pastor Damianus Weru SVD (asal Flores) juga disebut Misa Anggoro Kasih.
“Yah, sekalian nguri-uri atau melestarikan budaya Jawa dengan muatan Katolik,” kata Putroadi.
HAMPIR semua gereja Katolik, khususnya gereja-gereja besar, pasti dilengkapi dengan Gua Maria. Tempat khusus yang disediakan sebagai sarana devosi atau penghormatan kepada Bunda Maria, ibunda Yesus Kristus. Karena itulah, umat Paroki GYB berinisiatif membangun sebuah grotto alias gua buatan layaknya di gereja-gereja lain.
Gayung pun bersambut. Pada 17 Mei 2003, Pastor Remigius Sene SVD (asal Flores) akhirnya memberkati dan meresmikan Gua Maria itu dalam sebuah misa konselebrasi khusus. Gua itu kemudian memang terbukti sangat dibutuhkan umat yang datang mengikuti misa rutin. Selepas misa, sebagian umat menyempatkan diri untuk memasang lilin dan berdoa di kompleks gua.
Setiap bulan Mei dan Oktober juga diadakan prosesi sederhana untuk memeriahkan Bulan Rosario. Tradisi tahunan yang biasa dilakukan di Pulau Flores, NTT, ini rupanya dikembangkan juga di Paroki GYB Surabaya. Maklum, hampir semua pastor Societas Verbi Divini (SVD) yang bertugas di situ memang berasal dari Flores. Ini pula yang membedakan Gereja GYB dengan gereja-gereja lain di Kota Surabaya.
Nah, kini, setelah ada Gua Maria, umat GYB yang sebagian besar etnis Jawa mengembangkan tradisi Malam Anggoro Kasih. Yakni, doa bersama dan tirakatan secara Katolik di kompleks Gua Maria. “Anggoro itu artinya Selasa, sementara kasih berarti Kliwon. Ini sebuah tradisi lama yang biasa dilakukan di kalangan masyarakat Jawa,” jelas Putroadi Tjandranegara, tokoh umat GYB.
Nah, perayaan satu windu Gua Maria GYB kali ini diadakan bersamaan dengan acara Anggoro Kasih. Karena itu, perayaan ekaristi yang dipimpin Pastor Damianus Weru SVD (asal Flores) juga disebut Misa Anggoro Kasih.
“Yah, sekalian nguri-uri atau melestarikan budaya Jawa dengan muatan Katolik,” kata Putroadi.
No comments:
Post a Comment